C U L I K


Cerpen: Irvan Mulyadie

Malam tak pernah terpejam, ketika lelaki itu menghentakan kedua tangannya dan merengkuh tubuh lemah di hadapannya. Dia tahu kalau perbuatannya itu kelewat batas. Tapi ini soal kesempatan yang belum tentu datang dua kali. Dan kalau pun ada, mungkin saja keadaannya tidak sebagus situasi saat ini.

Suasana begitu lengang dan sunyi. Namun dalam kepala lelaki itu begitu ramai dengan banyak peristiwa yang seakan berlesatan menghampirinya. Kenangan-kenangan itu, ya, ia masih ingat. Bahkan ia senantiasa merawat dan menjaganya supaya tak pernah terlupakan. Ada semacam dendam yang belum sempat terbalaskan. Atau barangkali ia punya maksud tertentu mengenainya. Entahlah. Hanya yang pasti, ketika kesempatan ini datang, ia tak mau lagi menyia-nyiakannya.

“Karyani,....hanya aku yang boleh jadi suamimu” Hatinya sesumbar.

Diangkatnya tubuh lunglai setengah sadar dan tidak itu dalam gerakan tergesa-gesa. Dengan pasti, ia berbalik menuju halaman belakang. Dia ambang pintu, sekilas tatap dilihatnya wajah manis dalam gendongan. Hatinya berderak. Perasaanya mengambang. Namun sikap hati-hati dalam pikirannya masih terjaga.

Ia melangkah lagi tanpa suara. Mengendap-endap, menoleh kanan-kiri, berjalan kembali dan begitu seterusnya hingga ia benar-benar merasa yakin kalau penculikannya hampir berhasil.

Hanya yang tidak pernah ia sadari, dari balik kutang perempuan yang sekarang sedang pura-pura mabuk akibat jamu sari rapet yang diminumnya itu, terselip rapi sebilah belati. Pisau itu sangat tajam dan mengkilat. Bahkan belati itu sendiri tidak pernah akan menyangka kalau sebentar lagi ia akan merenggut nyawa.

Mungkin hanya tuhan dan seekor kelelawar yang secara tak sengaja melewatinya saja yang tahu. Bahwa ketika lelaki itu dihadang sesosok bayangan hitam di hadapannya, dan perempuan itu meloncat dari pangkuannya, dan menusuk jantung calon suaminya dengan segenap rasa kebencian. Benci !

Lalu semua hening kembali. Sejurus kemudian perempuan itu berbisik;

”Cepat, kita tinggalkan neraka ini, Mas...”


Tasikmalaya, 300109

Komentar

  1. culikmu ini kok kesannya geto sie??? sementara aku di sini sosialisai golput dulu. uangnya kepake buat ini dulu.hehe...

    BalasHapus

Posting Komentar