Teater Madania



MENGGELAR PENTAS "ODE RIMBA RAYA"
Oleh : Irvan Mulyadie

Ode Rimba Raya adalah pementasan teater yang digelar oleh Teater Madania di pusat perfilman Indonesia, Gedung Usmar Ismail - Jakarta (Sabtu, 28/03/15). Pertunjukan teater musikal ini diadaptasi dari naskah “Serigala Sakit Gigi” karya Irvan Mulyadie. Dan disutradarai oleh Abdul Aziz Wahyudi. Ini merupakan serangkaian acara dalam Festival Madania 2015 yang dimulai sejak 16 Maret hingga 4 April mendatang.


            Ode Rimba Raya tampil kolosal dengan nuansa musikal yang kental. Dengan melibatkan ratusan anak usia sekolah dasar ini, Teater Madania telah berhasil memberikan suguhan yang menarik. Hal ini nampak dari antusiasme penonton yang begitu positif. Dari awal hingga akhir cerita, penonton seakan dibawa ke dunia antah berantah yang imajinatif, menggambarkan beragam kebudayaan dunia melalui alunan musik yang menjadi latar ceritanya.
            Keberhasilan penata artistik dan desain kostum dalam menafsirkan pertunjukan juga begitu harmonis, sehingga cerita bergenre fabel ini dapat dengan mudah dicerna oleh beragam kalangan usia penonton, mulai dari anak-anak hingga dewasa.
            Ode Rimba Raya menceritakan tentang munculnya huru-hara di sebuah hutan akibat hilangnya seekor Tupai yang diculik oleh Serigala yang jahat. Usut punya usut, ternyata Serigala itu sedang menderita sakit gigi. Berbagai macam ramuan obat telah dicobanya, namun kesembuhan tak kunjung ia dapatkan. Hingga pada suatu malam, ia bermimpi bertemu dengan seorang nenek sihir. Jika ingin sembuh, Serigala itu diperintahkan untuk memakan Tupai yang sering mencuri kelapa di kebunnya.
Akhirnya, Serigala menculik sang Tupai dan mengurungnya hingga malam purnama tiba. Di lain tempat, Kancil dan Kera serta binatang-binatang lainnya di hutan berusaha untuk menyelamatkan Tupai yang sial. Maka disusunlah rencana cerdik untuk membebaskan sahabatnya itu. Serigala diperdaya sedemikian rupa, sehingga berbalik arah, menjebak dirinya sendiri dalam kurungan yang dibuatnya.
Yang menarik dalam pertunjukan ini, yakni dengan hadirnya sosok Shahnaz Haque. Shahnaz yang sejak dulu dikenal sebagai artis papan atas di Indonesia, cukup memukau dengan akting naturalnya dalam memerankan sang nenek sihir. Meskipun perannya kecil dalam naskah, namun dengan berbagai sentuhan kreatif dari sutradara, Shahnaz justru menjadi tokoh sentral yang menjadi tokoh kunci dalam pertunjukan ini.
Perannya dalam melengkapi pertunjukan seakan-akan menjadi benang merah yang menghubungkan ide sutradara dalam menafsirkan naskah, menjembatani imajinasi penonton dan ratusan aktor anak-anak di atas panggung.
“Latihan dengan ratusan anak SD? Mengagumkan! Melalui dunia panggung, mereka membuktikan dapat mengeluarkan semua bakatnya. Bahagia rasanya menjadi bagian dari sebuah catatan sejarah di sekolah tercinta” ujar Shahnaz.
Sementara itu menurut Abdul Aziz Wahyudi, dalam pertunjukan kali ini, sebuah lanskap fabel dikemasnya dalam sebuah figura yang bergerak dinamis lewat adegan-adegan manis penuh emphasis.
“Kita bisa menyaksikan anak-anak memindahkan realitas sehari-hari ke atas panggung pertunjukan, dimana Ode Rimba Raya mencoba menggali daya pukau dan membuka jalur korespondensi antara akting dan musik. Di belakang panggung, anak-anak sebagai pemain, tampak memahami panggung sebagai kanvas yang tumbuh. Sehingga suasana kegembiraan dalam nuansa bermain tetap berkembang sebagaimana mestinya” Katanya.
            Ada pun menurut Muhammad Wahyuni Nafis, M.A selaku direktur sekolah Madania sangat bangga dengan capaian pertunjukan ini.
“Dari sisi pembentukan karakter, pentas drama musikal ini berperan sangat critical. Semua anak-anak yang tampil berhasil melewati suatu training yang menuntut keseimbangan antara pikir, tutur, rasa dan laku lampah dalam satu kesatuan yang utuh”.


Penulis adalah praktisi dan pemerhati seni budaya, tinggal di Kota Tasikmalaya.

Tulisan ini pertamakali dimuat di Harian Kabar Priangan pada Halaman Budaya, Rabu, 1 April 2015 
Halaman 14
 


Komentar